Selama ini masalah
pengelolaan sampah rumah tangga sering dianggap hal sepele, padahal
volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) kian hari terus
menggunung karena memakai sistem pembuangan terbuka. Kondisi ini tak
berbanding lurus dengan pengelolaan sampah yang masih minim, hal ini
tentu saja akan berdampak negatif terhadap pengelolaan lingkungan.
Warga sedang diajarkan mengelola lingkungan |
Tak hanya di kota besar, sistem pengelolaan sampah terbuka juga dapat
dengan mudah kita temukan di kota-kota kecil. Contoh paling mudah bisa
kita lihat di ekosistem pasar, dimana pengelolaan sampah pasar masih
dibiarkan menggunakan sistem pembuangan terbuka. Alhasil cara demikian
mengakibatkan sampah oraganik dan non organik tercampur hingga ke Tempat
Pembuangan Akhir.
Pengelolaan sampah dengan sistem pengumpulan terbuka telah
menimbulkan masalah dalam hal penanganan sampah seperti yang terjadi di
Kelurahan Lomanis, Cilacap Jawa Tengah. Volume sampah yang datang setiap
hari dan cenderung meningkat tidak diimbangi oleh luas lahan yang
terbatas. Terbatasnya lokasi dan sudah tak memenuhi persyaratan TPA
sampah, membuat kelurahan yang berada di sekitar operasi BBM Pertamina,
Lomanis tersebut mengalami masalah lingkungan.
Permasalahan yang muncul tersebut membuat Pertamina berinisiatif
menularkan pengelolaan lingkungan kepada masyarakat sekitar terminal
Lomanis dengan cara merancang sistem pengelolaan sampah terintegritas
dan memenuhi syarat kesehatan. Inisiatif tersebut dilakukan dalam bentuk
fasilitas pelatihan dan pendampingan untuk program Bank Sampah.
Program Bank Sampah tersebut diberi nama ‘Wuwuh Berkah’ yang memiliki
arti berkah dari sampah, Program ini perlahan berhasil menarik minat
warga untuk turut serta di dalamnya. Semangat warga untuk mengelola
sampah rumah tangga pun semakin menggeliat, seiring adanya tambahan
penghasilan dari pengelolaan bank sampah.
Operation Head Terminal BBM Lomanis Budi Prasojo menjelaskan, tujuan
kegiatan bank sampah “Wuwuh Berkah” ini semata-mata adalah untuk
meningkatkan budaya pelestarian lingkungan melalui upaya reduksi sampah
anorganik dan meningkatkan kepedulian masyarakat akan pentingnya hidup
bersih dengan pengelolaan sampah yang baik. Manfaat lain program bank
sampah ini, warga juga diberikan pelatihan untuk memanfaatkan barang
bekas yang masih bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan penghasilan
tambahan.
“Dengan mengubah sampah menjadi material yang ekonomis
warga yang tergabung dalam anggota bank sampah dapat memiliki pendapatan
tambahan, untuk meningkatkan taraf hidup”, tutur Budi.
Menyulap sampah jadi emas
Tak hanya di Kelurahan
Lomanis, keterampilan pengelolaan sampah agar menjadi benda ekonomis
juga diberikan kepada masyarakat di sekitar daerah operasi Pertamina
Terminal BBM Rewulu, Yogyakarta. Tepatnya di Dusun Palawonan RT 06, Desa
Argomulyo, Kabupaten Bantul. Di sini para ibu rumah tangga sudah lebih
fokus mengelola sampah menjadi barang bernilai ekonomis.
Dari kegiatan ini, para ibu rumah tangga bisa mendapatkan penghasilan
sekitar Rp 300 ribu per bulan melalui kelompok Bank Sampah “Kurnia”.
Menurut Sekretaris Bank Sampah "Kurnia" Sri Purwaningsih, hasil tersebut
bisa didapat karena karya kelompok mereka seringkali mendapatkan
pesanan kerajinan tangan baik itu dalam bentuk vas bunga, tas laundry, pigura, taplak dan lain-lain. “Siapa sangka sampah bisa jadi pajangan seperti ini,”ujar Sri sembari menunjukkan vas hasil karyanya.
Meski pesanan belum rutin, tapi bagi mereka mengolah sampah menjadi
barang ekonomis, telah memberikan tantangan dan kepuasan tersendiri. “Bandingkan
saja hasilnya, kalau saya jual sampah kertas koran ke bank sampah hanya
bisa dapat Rp 900 per kilogram, kalau saya olah menjadi vas atau guci
pajangan, harganya bisa lebih mahal lagi,”kata Sri.
Lebih jauh Sri mengungkapkan, bahwa pelatihan pengelolaan bank sampah
dan mengolah sampah menjadi kerajinan yang diberikan oleh Pertamina tak
hanya menyokong perekonomian warga, tapi juga membangkitkan dan
menigkatkan kesadaran msayaakat dalam mengelola lingkungan yang lebih
bersih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar